Minggu, 11 Mei 2008

Pentingnya/ kah?! Kesetaraan Gender (bagian 3)

Yang jelas saya katakan laki-laki dan perempuan itu sebenarnya berasal dari diri yang satu. Ini layak diperhitungkan dalam pembahasan kita. Dalam istilah biologi, Stem Sel, inilah sebuah body yang terbentuk sesaat setelah sel telur dibuahi oleh sperma. Ihwal yang sama sampai beberapa waktu berkembang dengan jenis kelamin serta hormonn. Perjalanan mnentukan beda dengan adanya hormone dan jenis kelamin sehingga mulai dikatakan dalam tulisan ini bahwa laki-laki peremouan sederajat dan sama karena proses biologisnya sama, susunan tubuh sama, otak, sama-sama punya kaki tangan dan seterusanya. Dalam perkembangan bentuk tubuh sama dengan beberapa perbedaan yang kita ketahui bersama seperti pertumbuhan pada dada perpempuan dan lak-laki, bentuk dan fungsi genital yang berbeda juga, dan seterusnya. Perempuan dikaruniai fungsi untuk melahirkan dan kemampuan lebih untuk mengurus anak, ini tentunya berbeda dengan tabiat laki-laki yang berbeda sehingga menghasilkan sebuah peran untuk menafkahi serta melindungi kelaurganya. Tidak lagi saya perpanjang apa yang sama dan berbeda adri perempuan pria karena anda semua mengerti.
Pada perjalanan hidupnya, tentunya manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan tentang potensi diri sehingga berkembang untuk mencapai suatu tujuan. Jadi dalam bahasan ini, sesuai sekali apa yang dinamakan bias gender itu nyaris tidak ada. Kita ambil studi kasus, bias gender dalam hal pekerjaan. Fakta menyatakan pekerjaan didominasi kaum laki-laki. “Lantas apakah perempuan tidak bisa ?” jawabnya, “bisa saja”. Kemudian berkembang lagi pertnyaan selanjutnya “lantas apakah perempuan mampu?”jawabannya tetap sama, menrut saya” Ya mampu saja.”. Fakta bahwa ada perempuan menjadi seorang pilot, insinyur, sopir busaway, bukan berarti dengan pencapaian seperti itu perempuan telah menjadi sederajat dengan laki-laki. Dengan tidak menempati suatu posisi tersebut diatas pun, perempouan tetap mempunyai kehormatannya tersendiri, saya rasa. Ini bukan berarti perempuan tidak boleh berkaraya, melainkan bahwa permpuan jika mampu why not?.
Berbicara dalam pembahasan tentang kesetaraan gender tidak lepas adri menarik atau tidak tentunya. Menarik untuk dibahas dan diperjuangan atau tidak menarik/percuma untuk sekedar dibicarakan. Tentunya membicarakan, membahas sampai dengan memperjuangkan isu gender merupakan hak saya, anda, siapa saja tergantung daqrimana sudut pandang saya, anda, siapa saja menilainya.
Saya, penulis akan coba memposisikan diri memkai sebuah kalimat/ungkapan yang mungkin diungkapkan oleh kacamata pihak-pihak yang mungkin saja terdapat dalam perkembangan isu kesetaraan gender. Untuk pertama saya bayangkan pertanyaan yang mungkin muncul dari pihak yang tidak setuju isu bias gender. “heran ....aktivis perempuan itu berkata Islam harus mempersamakan laki-laki dan perempuan tapi mengapa masalah jihad ( dalam Islam wajib atas laki-laki dewasa ), tetapi merwka belum pernah tertulis wanita juga harus berjihad. Hem ngambil enaknya saja” pertanyaan ini terbesit dari seorang religius yang tidak sengaja kenalan di jalan. Maslah jihad saya rasa, memang wajib bagi lakii-laki dewasa tetap[i tidak dipungkiri wanita mungkin sekali mampu melakukannya. Muslimah palestina sudah membuktikannya srta wanita pada umumnya, bekerja membantu suami yang tidak mampu menafkahi juga dihukumi jihad. Kalau saya boleh simpulkan pihak yang tidak setuju isu ketaraan gender hanya menilai gender tidak perlu diperjuangkan karena sudah sederajat tentunya mempunyai tupoksi ( tugas-tisak pokok dan fungi ) sendiri-sendiri. Kalau saya penulis dengan sudut poandang sidniri, efektif dan efisien kah membahas isu persamaan gender ini?!
Kali kedua saya bayangkan, pihak yang setuju wanita harus diperjuangkan bertanya “ Apakah wanita berhak menjadi kepala rumah tangga?” ( saya terinspirasi dengan satu pertanyaan di program Metro TV “ save our nation “ ). Jawaban yang saya buat sendiri, kenapa harus begitu ? kepala rumah tangga berarti bertanggung jawab dalam segala hal dan kebiasaan masyarakat disini, kepala rumah tangga ialah laki-laki. tetapi pasa banyak kasus ada sang laki-laki tidak mampu, apakah perempuan boleh?...jawab saya mengapa tidak boleh kalau memnag sang laki-laki sakit-sakitan dan sejenisnya? Ingat yang namanya berumah tangga itu berjuang bersama, misalnya suami sakit ya isteri bekerja dan memikrkan keluarganya.. Oleh karena pada umunya laki-laki, ya harus laki-laki lah yang beranggung jawab, Bukankah ini meng-enak-kan permpuan. Tetapi mengapa para permpuan pejuang kesetaraan gender memperjuangkan perempuan boleh jadi kepala rumah tangga, padahal sudah di-enak-kan, aksioma masyarkat bahwa laki-laki lah kepala rumah tangga. Saya tutup paragrap ini, kembali terinspirasi oleh program Metro TV “ save our nation “, oleh Mi’ing Bagito, presenter acara tersebut, lebih kuirang ia berkata, peran dan derajat memanag harus diperjuangkan tentunya dengan melihat keadaan negara kita mempunyai adat, agama, dll yang berbeda dengan barat”

1 komentar:

Anonim mengatakan...

saya sangat tertarik dengan tulsan anda .. terima kasih banyak...

Powered By Blogger

Mengenai Saya

Foto saya
bengkulu, Indonesia, Indonesia
Assalamu'alaikum to all sebelum dari semuanya...tak kenal maka tak sayang. perkenalkan saya punya nick "471 5". apa arti sebuah nama,mawar dengan nama apapun tetap wangi ( shakespiere).